Selamat pagi kamu, pemilik pelukan hangat yang belum aku ketahui sekarang. Takdir yang telah dituliskan Tuhan dengan guratan abadi nya. Kau tahu? jika aku marah padamu, Tuhan juga akan marah padaku.(Datu )
Kamu.. Kamu adalah takdir yang pasti hadir,
Membekap mimpi di titik nadir.
Mata rindu yang terpejam semu..
Tetap tak lalai hadirkan sosokmu.. Di sini, di ujung hati.(Aulia)
Tapi mengapa kau patahkan mawar
Pemberianku di senja biru itu
Hingga durinya menancap di hati
Dan kelopaknya meruahi bumi (Nurlaeli)
Seperti itukah aku? Bahwa aku adalah duri dalam dagingmu. Mulai sekarang aku akan mencintaimu dengan tekun. Karena mencintaimu adalah pekerjaan sepanjang hidupku. (Datu)
Terlalu mencintaimu kadang menyakitkanku
Terlalu merindu sampai terasa ngilu
Tapi berpaling darimu aku tak mampu
Kau adalah bayangan dalam diriku (Pelangi)
yang mencuri hangat dari hatimu, juga menghadirkan ngilu pada tulang-tulangku,. Aku menyerah, tanpamu aku lemah. ( Datu )
Bila begitu janganlah menyerah
Apalagi pasrah, raihlah hatiku
Jangan sampai jiwamu melemah
Cintai aku sebatas kau mampu ( Pelangi)
Aku tak melemah, aku hanya merasakan di dadaku selalu berkumandang namamu. ( Datu )
Senyumanmu menguatkanku
Meski harus tertatih-tatih menggapai hatimu
Meski harus menari di bawah hujan air mata
Deretan luka ini, tersisihkan oleh rasa cinta yang melangit. ( Belly)
Tunggu dulu, Tuan. Bagaimana bisa kau begitu?
Bertukar rindu dengan Nona lain selainku?
Dan kini malah aku yang makin lama meragu
Tuluskah hatimu berucap rindu padaku? ( Aulia )
Aku tak meminta hatimu, sedikit pun
Hanya izinkan aku memeluk hatimu dari jauh
Kan kujaga namamu dalam diam
Ah, kamu membuatku terbang sejauh angan-angan (Bely)
Terbanglah diingatanku. Pun jika aku tak ada disana carilah ditumpukan kertas kertas ingatan. Mungkin aku berserakan disana menunggu dengan sabar dan mengembara jauh diantara rinai nyeri dada sebelah kiriku yang menyayat.
Nona, jika aku tak bisa membalas satu pun surat darimu. Aku bukan hilang tapi hanya terlepas darimu. Boleh pinjam lengannya? Sebentar saja. Berpilin ( Datu )
Dan kini aku semakin meragu.
Siapakah itu, Tuan, yang kau sebut dengan ambigu?
Ribuan pesan kutitipkan bersama rembulan,
Menanti akankah kau sebut namaku bersama doamu.. ( Aulia )
Di sini yang bertahta hanya rindu
Pada angin, pada malam, pada pagi, pada langit
Hanya rindu yang tak ingin berpagut air mata
Sebab buncah di dada tiada terkira ( Nurlaeli)
Aku ingin memandang binar di
kelopak matamu
Aku ingin segurat senyuman indah
tetap mematri bibirmu
Aku ingin mencintai ragamu, jiwamu
juga hatimu
Hanya kamu ( Belly )
Meski begitu aku tak kalah langkah, Tuan yang tampan.
Jangan kira aku tak sama pandai berkata seperti mereka.
Aku hanya masih mencari kesempatanku menjeratmu,
Dimana kelak yang kaugumam hanya tanya akan hadirku.. ( Aulia )
Hingga kau datang mendekat-mendekapku
Seperti kumbang kesepian mengencani Mawar terlantar
Penuh cinta
Kemudian hati tak lagi mengganjil ( Bely )
Dan kini, sebelum tintaku menggores titik di kisah kita,
Ijinkan aku untuk mengulik isi hatimu, Tuan tampan.
Aku ataukah mereka yang berhasil menyita perhatian?
Dan jika aku, tanda mata dariku tentu kata cinta.. (aulia)
Maka tibalah saatnya aku menutup mata Aulia, meninggalkanmu dalam doa. Lelaplah bersama benderang rindu. Dan mengabadikan kebahagiaan kita. hingga entah.
Selamat malam kamu.
Jangan lupa bahagia ya ( Datu )
Saat malam mulai menurunkan tirai
Dan perbincangan menghilang dari ramai
Rindu bertemu rindu biar berlanjut dalam mimpi
Esok masih ada rindu masih ingin berbicara biarkan saja ( Nurlaely )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar