Pada tubir malam yang remang, berdiriku gamang.
Larik-larikku terangguk-angguk dalam saruk.
Tak ada yang terkenang, hanya bimbang.
Oh, aku tak ingin terpuruk.
Datu Dwija Jati Dunia
Kemudian gerimis jatuh di pangkuanku. Seharusnya aku
tak menangis, ketika aku melihat punggungmu mulai menjauh
dan menghilang dari pekat. Saat itu aku ingin
kau berhenti dan melihat ke belakang, lari memelukku.
Auliia Akmaliina
Dan ketika aku menjauh, ketahuilah. Hanya kau!
Hanya kau tempat hatiku kembali.
Hati? Benar. Hatiku yang dulu disepuh perak rindu.
Hatiku yang dulu, dan sampai nanti, hanya untukmu.
BeLy JuBelynz
Bisakah aku? Sejujurnya menjauh darimu adalah petir
Membuatku takut, sembunyi di balik rasa yang menyihir
Jangan melangkah, diam saja!
Jika kauputuskan ‘tuk melangkah, mendekatlah!
Nurlaeli Umar
Semoga bimbang meradang
Menggoyahkan hatimu berlari kepadaku
Aku terlalu malu mengakui sebuah rindu
Rindu dalam damai di palung cintamu.
Datu Dwija Jati Dunia
Tak usah berlari ke arahku.
Kau sudah mengoyak seluruh hatiku.
Menjadi lebam yang mewaktu di dadaku.
Auliia Akmaliina
Lebam? Maaf. Aku tak bermaksud.
Tapi kau juga harus tahu, lebam pula hatiku.
Sejak dunia kita bertemu dalam sepotong yang sama.
Dan terkoyak di bagian yang sama. Karena mereka.
BeLy JuBelynz
Mereka? Aku, kau, ataukah cinta?
Luka yang mendarah di sudut hatimu
Hanya serpihan rinduku yang perlahan mengulitiku: mati.
Nurlaeli Umar
Haruskah aku tertawa ketika luka bercinta hadir
Lalu kau memalingkan muka
Mencari pembenaran?
Hatimu sakit merindu! Akui saja!
Datu Dwija Jati Dunia
Sebenarnya aku tak ingin menjauh.
Anggap saja aku adalah bau badan yang sangat bau
menempel di badanku.
Sehingga membuatmu teringat akanku.
Auliia Akmaliina
Mereka-mu. Mereka-ku. Semua yang tercakup cinta abadiku.
Mereka yang mengatasnamakan ego.
Mereka yang membuat hatiku kaku dicabik rindu.
Dan membuat ingatanku semakin dilekati namamu. Lelaki rindu.
BeLy JuBelynz
Mengapa tak kau abaikan saja tentang 'mereka'?
Sulitkah jika hanya aku?
Ya, aku, meski dengan setengah sayapku yang remuk
Tetap memelukmu.
Nurlaeli Umar
Kau melukai dirimu dengan prasangka
Aku tenggelam dalam dalam hujat yang merajalela
Jika kita adalah mawar dan harumnya
Mengapa harus aku atau kau, tidak kita?
Datu Dwija Jati Dunia
Aku mulai takut melukaimu. Mungkin aku akan dikutuk
Tuhan jika aku melukaimu. Maafkan aku, aku mencintaimu
seperti aku bernapas. Dapatkah kauhitung berapa kali
aku bernapas tiap hari? Sedalam itu cintaku padamu.
Auliia Akmaliina
Maaf, Tuan. Maaf, kau pun luka lebih daripadaku.
Meski abai itu kelak menjadi duri dalam dagingku,
Kuambil risikoku. Aku maju.
Untuk memperjuangkanmu: cerita berjudul cinta.
BeLy JuBelynz
Ah, mengapa kau begitu manis, Nona?
Kembalikanlah senyummu yang hilang sedari tadi
Terasa sesak, jika kau dekat,
namun aku tak terlihat.
Nurlaeli Umar
Sedalam itu pula cintaku berbicara
Membilang rasa hingga lupa siang malamnya
Hanya untukmu kekasih hati arjuna cinta
Yang kupuja dalam tiap detak jantung di dada
Datu Dwija Jati Dunia
Kamu akan selalu kupuja. Karena kamu,
aku tak akan punya pilihan lain selain mencintaimu.
Kau tahu? Jika cinta itu peluru, aku akan
menembakkannya ke udara, berubah menjadi hujan yang kaukecup.
Auliia Akmaliina
Dan kini aku menjanjikan satu padamu.
Jadilah pengingat kala lupaku. Saat aku lupa mencintaimu.
Lupa merindukanmu. Lupa senyumku.
Ini aku. Cinta kamu. Sepenuh hatiku.. milikmu..
BeLy JuBelynz
Layaknya putih bulan, setia membelai malam
Juga kabut mengiringi hujan berlari
Tangan pun gemetar, ingin memeluk-merasuk ke singgasana hati
Nona, jadilah Peri Kecil di sekelilingku yang kesepian.
Nurlaeli Umar
Mataku dan matamu juga bintang malam ini
Tampak terang, Kekasih
Genggam jemari, jangan pernah kaulepaskan lagi.
Tuhan, restui kami dalam cinta abadi.
Datu Dwija Jati Dunia
Ini detik ketika aku akan pergi, kembali lagi pada bayanganmu
dan menggenggam jemarimu yang berjarak.
Peluklah aku dalam sepi yang menyayat dan rindu yang membuncah
di dada waktu. Tuhan telah mengabulkan doaku. Aku jatuh padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar