Selasa, 26 Februari 2013

Rumah

Lalu. Disini, di bumi ini tempat aku berpijak merasakan tiap peluhku adalah peluhmu juga. Tanah ini adalah rumah segala cinta yang merasuk tanpa cela. Hingga entah, aku menunggu di tanah ini

 Akan aku bela dengan sepenuh jiwa
Pertaruhkan semua cinta yang aku punya
Mereka yang mencoba merenggut paksa
Hadapilah aku yang tak akan mundur walau setapak


 Cinta yang membuatku lena,
Akan indahnya zamrud khatulistiwa.
Hijau.. biru.. segala rupa. Segala ada.
Disini, lukisan cinta menentramkan hati..


 Tak peduli semua mata yang memandang sinis.
Bagiku, ia bak sarang penyejuk gundah, terindah.
Setia menunggu, meski aku berkelana ke mana.
Ia, tempatku kembali.


 Ya, disanalah darah mulai mengalir menjadi sebuah rindu yang mewaktu. Tempat segala kenangan yang terbungkus erat di jalanan waktu.

 Erangan kesakitan yang mengalirkan luka kepedihan
Akan aku tebus dengan buaian rindu yang memabukan
Bumi pertiwi tak akan aku biarkan luluh dan hancur
Karena jamahan manusia bertopeng setan


 Dulunya.. Ya. Dulunya.
Ketika mereka belum bertopeng seram,
Mereka pun layaknya kita. Dibawah satu rasa.
Cinta. Lalu apa yang merubah mereka?


 Harta dan tahta yang menyulap sosok mereka, buta.
Lalu haruskah kusembunyikan ia sebelum lara?
Tak rela, jika ia bermuram durja.
Rumahku, rumahmu, rumah mereka. Bisakah tak jadi usang?


 Tidak, bukankah tempat kita berpijak ini terbuat dari cinta. dan diantara orang terpilih yang tinggal disini ialah mereka yang di wajahnya selalu bersinar. Wajahnya renyah dengan harap yang membuncah

 Iya harapan akan cinta
Takut kehilangan yang datang tiba-tiba
Kala alam mulai menggeliat
Mengguncang merobohkan cinta dalam dekapan


 Dan ketika waktunya tiba, ia bangun dalam geliat..
Sisanya adalah tangis. Muram durja.
Dan itu yang paling tak diinginkan.
Lalu bagaimana kita membuatnya mundur?


 Tetesan bening menggenang di sudut mata, merasakan pedihnya.
Kala ia terluka, namun jiwa-jiwa yang tertidur hanya diam saja!
Melihatnya dikuliti, dikupas hingga isinya terserak.
Sudikah, rumah kita menahan perih yang mendidih?


 Kau tahu, rumah kita adalah sebuah istana. Istana tempat segala aku akan mendekapmu hingga langit yang ada di tanah tempat kita berpijak menjadi pencemburu. Di kepalaku aku punya banyak rencana. Tentang kita

Rencana yang indah menggoda sukma
Harapan dan impian kita sejak lama
Bertahta dalam bahtera cinta
Berbingkai alam nirwana khatulistiwa


 Dan rencana itu hanya bisa diwujudkan..
Ketika kita aman dalam dekapannya. Bunda pertiwi.
Siapa yang takkan mau merasakannya?
Ah.. cintaku hanya berbuah dalam harapan untuknya..


 Dan ketika aku mencinta,
Aku tak 'kan lagi lupa menyisipkan selembar doa.
Sembari menyimpul senyum dari hati..
Semoga ia, istanaku, tanah airku, bahagia, untuk kita.



Untuk seluruh pasukan kelompok V Puber

Tidak ada komentar: