Sudah berapa tahun? Oh ya baru 2 tahun aku menunggumu disini dengan setia, dengan perasaanku yang selalu campur aduk atau orang baru yang datang 2 tahun ini?. Menemaniku ketika senja sudah mulai merekah dengan wajahnya yang selalu ceria memandang nanar.
"cut cut cut" Dari tadi Andi yang disampingku neriakin kata kata itu terus kayak orang gila di stasiun ini.
"Woy kamu kenapa Ndi, kayak orang gila baru di lantik aja hahaha" Ucapku sambil ketawa.
"Nggak kok cuma mau latihan besok mau ada praktek di komunitasku"
"ohh yang Komunitas Pecinta Film itu"
" Iya, kamu mau ikut seru lho" Katanya sambil memandangi wajahku.
" gak usah ah, lebih baik menatap senja" ucapku sambil ketawa
"Aku rasa itu adalah pekerjaan yang absurd, ayolah keluarlah dari anganmu itu. Apakah kau termasuk orang yang susah move on? aku rasa tidak. Kau hanya terjebak pada masa lalumu saja Tania. Aku selalu menemanimu kenapa kau tidak tahu? Bahwa akhir - akhir ini aku mulai menyukai kebersamaan kita, suara bising kereta dan senja ini telah mepertemukan kita. Aku kan pernah berkata, jika pertemuan kita sudah diskenariokan oleh Tuhan. Aku mencintaimu semenjak kita saling berebut kamera"
Sudahlah cerita - cerita ini terkuak dengan sendirinya, jantung yang ingin meloncat dan debaran - debaran yang semakin kuat membuatku kian terombang - ambing. Tiba - tiba aku terkaget menciumi bau harum parfum itu, langkahmu dan hembusan napasmu. Sepertinya aku sudah mengenalinya lama. Sepersekian detik kemudian memang benar ada yang sedang menyentuh bahuku.
"Dimas"? Seketika aku meloncat dari tempat duduk ku memandangi wajahnya lalu memeluk nya dengan berbagai perasaan yang campur aduk. Ahhh kenapa dia datang sekarang aku sepertinya belum siap. Sementara itu terdengar bunyi kereta yang direm suaranya berderit memkakan telinga. Orang - orang berlarian menuju tempat berhenti kereta. Sesampai disana tubuhku lemas tak berdaya terjatuh di pangkuan Dimas. Seperti film semuanya sudah selesai. Cut.
"cut cut cut" Dari tadi Andi yang disampingku neriakin kata kata itu terus kayak orang gila di stasiun ini.
"Woy kamu kenapa Ndi, kayak orang gila baru di lantik aja hahaha" Ucapku sambil ketawa.
"Nggak kok cuma mau latihan besok mau ada praktek di komunitasku"
"ohh yang Komunitas Pecinta Film itu"
" Iya, kamu mau ikut seru lho" Katanya sambil memandangi wajahku.
" gak usah ah, lebih baik menatap senja" ucapku sambil ketawa
"Aku rasa itu adalah pekerjaan yang absurd, ayolah keluarlah dari anganmu itu. Apakah kau termasuk orang yang susah move on? aku rasa tidak. Kau hanya terjebak pada masa lalumu saja Tania. Aku selalu menemanimu kenapa kau tidak tahu? Bahwa akhir - akhir ini aku mulai menyukai kebersamaan kita, suara bising kereta dan senja ini telah mepertemukan kita. Aku kan pernah berkata, jika pertemuan kita sudah diskenariokan oleh Tuhan. Aku mencintaimu semenjak kita saling berebut kamera"
Sudahlah cerita - cerita ini terkuak dengan sendirinya, jantung yang ingin meloncat dan debaran - debaran yang semakin kuat membuatku kian terombang - ambing. Tiba - tiba aku terkaget menciumi bau harum parfum itu, langkahmu dan hembusan napasmu. Sepertinya aku sudah mengenalinya lama. Sepersekian detik kemudian memang benar ada yang sedang menyentuh bahuku.
"Dimas"? Seketika aku meloncat dari tempat duduk ku memandangi wajahnya lalu memeluk nya dengan berbagai perasaan yang campur aduk. Ahhh kenapa dia datang sekarang aku sepertinya belum siap. Sementara itu terdengar bunyi kereta yang direm suaranya berderit memkakan telinga. Orang - orang berlarian menuju tempat berhenti kereta. Sesampai disana tubuhku lemas tak berdaya terjatuh di pangkuan Dimas. Seperti film semuanya sudah selesai. Cut.