Rabu, 23 Januari 2013

Jangan Kemana-mana, di Hatiku Saja

Aku pernah berpikir kenapa aku tak pernah capek menungguimu ketika senja mulai tiba di stasiun tua ini. Bahkan sebelum aku mengenalmu aku sudah ada disini sejak dulu hanya memamndang lekat - lekat senja yang nampak saga. Lagi - lagi setelah hari hari yang aku lewati tanpamu menjadi makanan sehari - hariku, rindu itu kini menjadi santapan meja makan yang dihidangkan ibuku setiap pagi. Rasanya aku ingin menyusulmu ke tempat surat yang kau berikan padaku dulu. Tapi, aku tak akan mau karena aku sudah berjanji kepadamu dan juga kepada hatiku sendiri bahwa aku tak akan kesana. Kamulah yang akan menemuiku itu saja. Tapi, akhir - akhir ini perasaanku memang agak sedikit aneh. Entah kenapa, setelah aku pikir - pikir panjang lebar semenjak aku mengenal Andi dan mengenalkanku pada Ibu ku.

Seharusnya aku tak bertemu denganya. Tapi, Tuhan punya caranya sendiri agar hari hari yang penuh dengan kekosongan ini dilalui dengan sangat baik. Tuhan terkadang maha humoris dengan mengirimkan sesosok yang tak kalah hebatnya dengan Dimas, siapa lagi kalo bukan Andi. Sosok teman terbaik sedunia bahkan lebih, aku memang sering menganggap dia seperti itu.
" Tan, Kamu tahu gak sebenarnya Tuhan sudah menskenariokan perjumpaan kita. Kamu aja yang gak tahu, Setiap langkahku adalah bergerak menujumu entah itu menuju ke timur, barat, selatan dan arah lainya" Kata - kata itu bagiku adalah suatu gempuran yang bahkan bisa menghancurkan seluruh pondasiku hingga dindingnya retak dan mau ambruk.

Lalu, aku harus bagaimana? Aku bingung memilih. Memilih tetap pada pilihan pertama yang notabene sudah berjanji ingin sehidup semati. Atau pada Andi sosok lelaki terbaik sedunia.

Tidak ada komentar: