Seperti biasa setiap senja tiba aku selalu saja duduk di bangku stasiun menonton kereta - kereta yang lewat, hanya menonton lebih tepatnya adalah menanti. Menanti sebuah tunggu yang membuatku selalu setia dengan suara - suara bising kereta dan peluit itu. Di stasiun ini banyak juga yang menonton kereta lewat entah kenapa aku juga tak pernah tahu dan menahu. Setiap senja mereka hanya duduk menikmati suasana tempat itu, ada yang bawa keluarganya, pacarnya, partner incrime dll. Pasti tak akan pernah menjemukan bukan menikmati senja diantara stasiun tua banyak cerita tentunya.
Setiap senja tiba, seluruh ragaku dimakan rindu, entah kenapa. Dulu, lebih tepatnya 3 tahun lalu juga di tempat ini sepasang genggaman terlepas dari jemari - jemari yang tak akan pernah putus mendoakan sebuah cinta yang merekah. Aku juga masih ingat dia akan berjanji kembali, suatu saat nanti. Entah kapan. Membawakan sebuah cincin yang akan melingkari jari manisku. Janji - janji itu terasa manis di telingaku, aku menangis ketika kereta terus berjalan meninggalkan kisah pedih yang sampai kapan akan sembuh.
Sampai akhirnya ketika senja mengabu di stasiun itu, aku menemukan kejengkelan baru. Seorang lelaki yang memfotoku tanpa ijin. Jengkel, hanya ingin merebut SLR nya lalu membuangya ke tengah rel biar ditabrak kereta.
" Hai kamu siapa berani - beraninya ngambi foto orang" Ucapku judes.
" Hahahah emang kenapa? Gak boleh. Suka - suka ini SLR ku" Katanya sambil ketawa ketus.
Apa dia bilang emang dia siapa. Aku gak suka dengan sikapnya bagiku itu melecehkan kaum wanita. Semakin membuatku benci ketika ia ngeloyor begitu saja dari tempat itu sambil tertawa tersenyum dengan girang dan penuh kemenangan.
Semenjak hari itu kita saling bertemu di Stasiun, entah kenapa dia begitu aku segani semenjak pertemuan pertama itu semua hari sebenarnya biasa - biasa saja. tapi, dengan nya aku menjadi lebih tenang.
Entah kenapa semua kejadian 3 tahun lalu sudah aku buang jauh - jauh.
Ini yang dinamakan Move On.
Setiap senja tiba, seluruh ragaku dimakan rindu, entah kenapa. Dulu, lebih tepatnya 3 tahun lalu juga di tempat ini sepasang genggaman terlepas dari jemari - jemari yang tak akan pernah putus mendoakan sebuah cinta yang merekah. Aku juga masih ingat dia akan berjanji kembali, suatu saat nanti. Entah kapan. Membawakan sebuah cincin yang akan melingkari jari manisku. Janji - janji itu terasa manis di telingaku, aku menangis ketika kereta terus berjalan meninggalkan kisah pedih yang sampai kapan akan sembuh.
Sampai akhirnya ketika senja mengabu di stasiun itu, aku menemukan kejengkelan baru. Seorang lelaki yang memfotoku tanpa ijin. Jengkel, hanya ingin merebut SLR nya lalu membuangya ke tengah rel biar ditabrak kereta.
" Hai kamu siapa berani - beraninya ngambi foto orang" Ucapku judes.
" Hahahah emang kenapa? Gak boleh. Suka - suka ini SLR ku" Katanya sambil ketawa ketus.
Apa dia bilang emang dia siapa. Aku gak suka dengan sikapnya bagiku itu melecehkan kaum wanita. Semakin membuatku benci ketika ia ngeloyor begitu saja dari tempat itu sambil tertawa tersenyum dengan girang dan penuh kemenangan.
Semenjak hari itu kita saling bertemu di Stasiun, entah kenapa dia begitu aku segani semenjak pertemuan pertama itu semua hari sebenarnya biasa - biasa saja. tapi, dengan nya aku menjadi lebih tenang.
Entah kenapa semua kejadian 3 tahun lalu sudah aku buang jauh - jauh.
Ini yang dinamakan Move On.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar